NAMA : Annisa Dwiutami
NPM : 20210910
KELAS : 3EB17
PENALARAN DEDUKTIF
Penalaran deduktif dikembangkan oleh
aristoteles, thales, phytagoras dan para filsuf Yunani lainnya dari Periode
Klasik (600-300 SM.). Aristoteles, misalnya, menceritakan bagaimana Thales
menggunakan kecakapannya untuk mendeduksikan bahwa musim panen zaitun pada
musim berikutnya akan sangat berlimpah. Karena itu ia membeli semua alat
penggiling zaitun dan memperoleh keuntungan besar ketika panen zaitun yang
melimpah itu benar-benar terjadi.
Deduksi yang berasal dari kata de dan ducere, yang berarti proses
penyimpulan pengetahuan khusus dari pengetahuan yang lebih umum atau universal.
Perihal khusus tersebut secara implisit terkandung dalam yang lebih umum. Maka,
deduksi merupakan proses berpikir dari pengetahuan universal ke singular atau
individual
Metode berpikir deduktif adalah metode
berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya
dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Contoh: Masyarakat Indonesia konsumtif
(umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan
kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup
konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.
Penalaran deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada
suatu peristiwa umum, yang
kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan
atau pengetahuan baru yang
bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan teori,
hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata
lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan
teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan.
Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan
kata kunci untuk memahami suatu gejala.
Penalaran deduktif bertolak dari sebuah konklusi atau
simpulan yang didapat dari satu atau lebih pernyataan yang lebih umum.simpulan
yang diperoleh tidak lebih umum dari pada proposisi tempat menarik simpulan
itu.proposisi tempat menarik simpulan itu disebut premis dan
proses penalaran ini disebut Deduksi. Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara
deduksi. Yakni dimulai dari hal-hal umum, menuku kepada hal-hal yang khusus
atau hal-hal yang lebih rendah proses pembentukan kesimpulan deduktif tersebut
dapat dimulai dari suatu dalil atau hukum menuju kepada hal-hal yang kongkrit.
Menurut Shurter dan Pierce (dalam Shofiah,
2007 : 14) Penalaran deduktif adalah cara menarik kesimpulan khusus dari
hal-hal yang bersifat umum.
Contoh : yaitu sebuah sistem generalisasi.
Laptop adalah barang eletronik dan
membutuhkan daya listrik untuk beroperasi,DVD Player adalah barang elektronik
dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi, Generalisasi : semua barang
elektronik membutuhkan daya listrik untuk beroperasi.
Macam-macam penalaran deduktif
diantaranya :
1.
Silogisme
Silogisme
adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun
dari dua proposi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Dengan fakta
lain bahwa silogisme adalah rangkaian 3 buah pendapat, yang terdiri dari 2
pendapat dan 1 kesimpulan.
1. Silogisme Kategorial
Silogisme
Kategorial adalah silogisme yang semua posisinya
merupakan proposisi kategorik. Demi lahirnya konklusi maka pangkal umum tempat
kita berpijak harus merupakan proposisi universal, sedangkan pangkalan khusus
tidak berarti bahwa proposisinya harus partikuler atau singuler, tetapi bisa
juga proposisi universal tetapi ia diletakkan di bawah aturan pangkalan
umumnya. Pangkalan khusus bisa menyatakan permasalahan yang berbeda dari
pangkalan umumnya, tetapi bisa juga merupakan kenyataan yang lebih khusus dari
permasalahan umumnya. Dengan demikian satu pangkalan umum dan satu pangkalan
khusus dapat dihubungkan dengan berbagai cara, tetapi hubungan itu harus
diperhatikan kwalitas dan kwantitasnya agar kita dapat mengambil konklusi yang
valid.
Silogisme kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan
kesimpulan yang kategoris. Premis yang
mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan premis
yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor. Silogisme kategorial
terjadi dari tiga proposisi, yaitu:
Premis umum : Premis Mayor (My)
Premis khusus : Premis Minor (Mn)
Premis simpulan : Premis Kesimpulan (K)
Premis khusus : Premis Minor (Mn)
Premis simpulan : Premis Kesimpulan (K)
Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan
disebut term mayor, dan predikat simpulan disebut term minor.
Contoh:
Contoh
silogisme Kategorial:
a)
My : Semua
mahasiswa adalah lulusan SLTA
Mn : Saya adalah mahasiswa
K : Saya lulusan SLTA
Mn : Saya adalah mahasiswa
K : Saya lulusan SLTA
b)
Semua
makhluk hidup pasti akan mati.
Semua
manusia adalah makhluk hidup.
Pangkalan umum di sini adalah proposisi pertama sebagai pernyataan
universal yang ditandai dengan kuantifier ‘ semua ‘ untuk menegaskan sifat yang
berlaku bagi makhluk hidup secara menyeluruh. Pangkalan khusussnya adalah
proposisi kedua, meskipun ia juga merupakan pernyataan universal ia berada di
bawah aturan pernyataan pertama sehingga dapat kita simpulkan : semua manusia
pasti akan mati.
2.
Silogisme Hipotesis
Silogisme Hipotesis adalah
argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya
adalah proposisi katagorik yang menetapkan atau mengingkari terem antecindent
atau terem konsecwen premis mayornya . Sebenarnya silogisme hipotetik tidak
memiliki premis mayor maupun primis minor karena kita ketahui premis mayor itu
mengandung terem predikat pada konklusi , sedangkan primis minor itu mengandung
term subyek pada konklusi .
Pada silogisme
hipotetik term konklusi adalah term yang kesemuanya dikandung oleh premis
mayornya, mungkin bagian anteseden dan mungkin pula bagian konsekuensinya
tergantung oleh bagian yang diakui atau di pungkiri oleh premis minornya. Kita
menggunakan istilah itu secara analog , karena premis pertama mengandung
permasalahan yang lebuh umum , maka kita sebut primis mayor , bukan karena ia
mengandung term mayor. Kita menggunakan premis minor , bukan karena ia
mengandung term minor , tetapi lantaran memuat pernyataan yang lebih khusus.
Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi
konditional hipotesis.
Konditional hipotesis yaitu, bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.
Konditional hipotesis yaitu, bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.
Macam tipe silogisme hipotetik :
a)
Silogisme
hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent, seperti :
Jika hujan,
saya mengenakan jas hujan.
Sekarang
hujan.
Jadi saya
mengenakan jas hujan.
b)
Silogisme
hipotetik yang premis minornya mengakui bagian konsekwensinya, seperti :
Bila hujan,
air sungai akan meluap.
Sekarang air
sungai telah meluap.
Jadi hujan
telah turun.
c)
Silogisme
hipotetik yang premis minornya mengingkari antecendent, seperti :
Jika Nurdin Halid tidak mundur,
maka kerusuhan akan timbul.
Nurdin Halid
mundur.
Jadi
kerusuhan tidak akan timbul.
d)
Silogisme
hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekwensinya, seperti :
Bila
mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah.
Pihak
penguasa tidak gelisah.
Jadi
mahasiswa tidak turun ke jalanan.
3.
Silogisme Alternatif
Silogisme
yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi
alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya.
Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Bentuk
Silogisme Alterantif :
·
Memiliki
premis mayor dan premis minor.
·
Premis mayor
menggunakan ungkapan alternatif.
·
Premis minor
menolak salah satu pilihan.
·
Memiliki
satu konklusi.
Premis mayor : A atau B
Premis minor : Bukan A
Konklusi : B
Premis mayor : A atau B
Premis minor : Bukan B
Konklusi : A
Contoh
My : Kakak saya berada di Bandung atau Jakarta.
Mn : Kakak saya berada di Bandung.
K : Jadi, Kakak saya tidak berada di Jakarta.
My : Kakak saya berada di Bandung atau Jakarta.
Mn : Kakak saya berada di Bandung.
K : Jadi, Kakak saya tidak berada di Jakarta.
2.
Entimen
Entimen adalah
penalaran deduksi secara langsung. Dan dapat dikatakan pula silogisme premisnya
dihilangkan atau tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
Entimen ialah
silogisme yang dipendekkan. Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis
minor dan simpulan.
Contoh:
– Dia menerima hadiah pertama karena
dia telah menang dalam sayembara itu.
– Anda telah memenangkan sayembara ini,
karena itu Anda berhak menerima hadiahnya.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar