Minggu, 20 Maret 2011

AKU BANGGA AKAN EKONOMI INDONESIA

TUGAS PEREKONOMIAN INDONESIA

PETA PEREKONOMIAN INDONESIA

Pendahuluan

I. Keadaan Geografis Indonesia

Indonesia merupakan negara kepulauan yang berupa negara republic dan berbasis demokrasi. Indonesia terletak di kawasan Asia Tenggara. Indonesia memiliki luas keseluruhan kurang lebih 195.000.000 sampai dengan 200.000.000 juta Ha, yang terdiri dari kurang lebih 17.000 buah pulau dengan luas daratan 1.922.570 km2 dan luas perairan 3.257.483 km2. Posisi Indonesia terdiri atas letak astronomis dan letak geografis, yaitu :

1. Letak Astronomis

Letak astronomis suatu negara adalah posisi letak yang berdasarkan haluan garis equator (garis khayal pada peta atau globe yang membagi bumi menjadi dua bagian yang sama besar), garis equator, yaitu garis lintang 0o dan garis bujur. Letak astronomis Indonesia Terletak di antara 6oLU – 11oLS dan 95oBT – 141oBT.

2. Letak geografis

Letak geografis adalah letak suatu daerah atau wilayah dilihat dari kenyataan di permukaan bumi. Berdasarkan letak geografisnya, kepulauan Indonesia di antara Benua Asia dan Benua Australia, serta di antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Dengan demikian, wilayah Indonesia berada pada posisi silang, yang mempunyai arti penting dalam kaitannya dengan iklim dan perekonomian.

Keadaan geografis Indonesia dapat menjadi suatu kekuatan dan kesempatan bagi perkembangan perekonomian Indonesia dan sebaliknya, dapat menjadi kelemahan maupun ancaman untuk Indonesia.

Indonesia memiliki banyak pulau yang sebagian besar merupakan kepulauan yang subur dan kaya akan hasil bumi dan tambang. Kekayaan Indonesia tersebut dapat diolah dengan prinsip dari, oleh dan untuk masyarakat banyak.

· Kekuatan : Dengan kemampuan masyarakat Indonesia, menggali dan memanfaatkan kekayaan alam yang ada, Indonesia akan banyak memiliki pilihan produk yang dapat dikembangnya sebagai komoditi perdagangan, baik untuk pasar lokal maupun untuk pasar internasional. Dan dengan keindahan dan keanekaragaman budaya kepulauan tersebut dapat menjadi sumber penerimaan negara andalan melalui industri pariwisata.

· Kelemahan : Jika sumber daya yang ada di setiap pulau hanya dinikmati oleh sebagian masyarakat saja akan menjadi ancaman untuk perekonomian Indonesia. Banyak pihak luar yang secara ilegal mengambil kekayaan alam Indonesia di berbagai kepulauan, yang secara geografis memang sulit untuk dilakukan pengawasan seperti biasa.

Dengan demikian, Indonesia harus melakukan kordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk mengamankan kepulauan Indonesia dan pihak-pihak yang tidak berhak mendapatkannya. Banyak dan luasnya pulau menuntut Indonesia untuk membentuk suatu perencanaan dan strategi pembangunan yang cocok dengan keadaan geografis Indonesia tersebut. Strategi berwawasan ruang yang diterapkan pemerintah tampaknya sudah cukup tepat untuk mengatasi masalah ini.

II. Musim di Indonesia

Indonesia hanya mengenal dua musim, panas dan hujan. Dengan kondisi iklim tersebut menyebabkan beberapa produk hasil bumi dan industry Indonesia menjadi sangat spesifik sifatnya. Dengan demikian diperlukan usaha untuk memanfaatkan keunikan produk Indonesia tersebut untuk memenangkan persaingan di pasar lokal maupun dunia.

III. Tambang Indonesia

Indonesia kaya akan bahan tambang, dan seperti setelah sejarah buktikan, salah satu jenis tambang kita, yakni minyak bumi pernah menjadikan negara Indonesia memperoleh dana pembangunan yang sangat besar, sehingga pada saat itu target pertumbuhan ekonomi kita 'berani' ditetapkan sebesar 7,5% (masa Repelita II ). Meskipun saat ini minyak bumi tidak lagi menjadi primadona dan andalan komoditi ekspor Indonesia, namun Indonesia masih banyak memiliki hasil tambang yang dapat menggantikan peran minyak bumi sebagai salah satu sumber devisa negara.

IV. Posisi Indonesia

Wilayah Indonesia menempati posisi letak geografis yang sangat strategis, terletak diantara dua benua dan benua samudra dengan segala perkembangannya. Sejak sebelum kemerdekaan -pun Indonesia telah menjadi tempat singgah dan transaksi antar kedua benua dan benua-benua lainnya. Dengan letak yang sangat strategis tersebut kita harus dapat memanfaatkannya, sedemikian rupa sehingga lalu lintas ekonomi yang terjadi, akan singgah dan membawa dampak positif bagi kebaikan perekonomian Indonesia. Yang perlu dilakukan tentunya mempersiapkan segala sesuatu, seperti sarana telekomunikasi, perdagangan, pelabuhan laut, udara serta infrastruktur lainnya.

PEMBAHASAN

I. PETA EKONOMI DUNIA

  1. Cina

Negeri Cina telah berevolusi menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia. Bahkan, nilai ekonomi Cina menjadi yang terbesar kedua di dunia yakni US$1,33 triliun, menyingkirkan Jepang yang sebelumnya berada di posisi tersebut. Mata uang Cina, renminbi, pun menuai kontroversi, dengan terjadinya perang mata uang antara Cina dan Amerika Serikat, yang dolarnya melemah sepanjang 2010 ini.

Perekonomian Cina pada 2010 diperkirakan menembus angka 10%. Namun, pada 2011, perekonomian Cina diprediksi mengalami perlambatan. Cina, sebagai negara komunis, kebijakannya sempat membuat khawatir banyak investor karena sulit diprediksi dan kurang transparan.

Untuk 2011, The Economist memprediksi ekonomi Cina akan tumbuh 8,9%, sementara Economy Watch memperkirakan Cina akan mampu tumbuh sebesar 9,91%. Warta Ekonomi sendiri menilai pertumbuhan Cina tidak akan setinggi 2010, berkisar antara 9,5% hingga 10%. Hal ini karena pada 2011 perekonomian dunia akan mulai pulih. Banyak negara berkembang yang mencoba merebut lahan Cina di pasar barang murah.

Pada 2030, China akan menjadi negara adikuasa secara ekonomi. Volume PDB China diperkirakan akan mencapai US$73,5 triliun atau tertinggi di dunia. Saat ini, PDB China mencapai US$5,9 triliun atau terbesar kedua dunia. China akan menguasai 24 persen ekonomi dunia. Negeri dengan jumlah penduduk tertinggi sejagat ini akan tetap menjadi mesin utama pertumbuhan yang ditopang oleh industri manufaktur. Apalagi, kaum berpendidikan tinggi di China melonjak sangat signifikan.

  1. India

India adalah negara Asia lainnya yang juga menjadi raksasa ekonomi dunia. Sektor konsumsi merupakan tulang punggung negeri India atau Hindustani. Begitu juga dalam dua tahun ini, sector manufaktur memegang perana penting dalam pertumbuhan ekonomi India.

PDB India diperkirakan akan mecapai US$30 triliun dalam dua dekade lagi. India yang juga memiliki populasi terbesar kedua di dunia, diperkirakan akan menjadi mesin pertumbuhan besar kedua setelah China. Negara ini telah meningkatkan investasi luar biasa besar dari 24 persen PDB pada 2000 menjadi 40 persen PDB pada 2010. Kapasitas produksi, perbaikan infrastruktur, serta upaya memperbaiki standar pendidikan akan memicu pertumbuhan India.

Ketika krisis global 2008, ekonomi India mampu tumbuh menembus angka 6,8%, dan 7,3% pada 2009. Pada 2010, International Monetary Fund (IMF) memprediksi pertumbuhan ekonomi India akan terus berlanjut dan menembus angka 9,7%.
Salah satu industri yang dipegang oleh India adalah industri baja. Industri ini pada 2010 mampu tumbuh hingga 9% dan menyumbang 5% dari PDB India. Begitu pentingnya sektor ini, membuat India bahkan memiliki kementerian khusus baja. Selain baja, industri otomotif India juga mulai berkembang. Mobil murah menjadi andalan produsen otomotif dari India. Tata Nano menjadi pionir mobil murah dunia.

Pada 2011 pertumbuhan ekonomi India tampaknya akan sedikit melemah. IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi India pada 2011 mencapai 8,4%, sementara The Economist memprediksi 8,6% dan Economy Watch 8,43%.

  1. Irak

Negara yang sedang dalam pemulihan ini merupakan negara yang kaya akan minyak. Produksi minyak Irak bahkan mencapai 90% dari pengeluaran pemerintah. Pertumbuhan ekonomi Irak sangat bergantung pada sektor minyak.Dengan adanya sumber daya minyak yang melimpah ruah, Irak tetap memiliki dana untuk membangun negaranya. Kini setelah hampir tujuh tahun keruntuhan sang diktator, Irak mulai bangkit. Emas hitamnya menarik banyak investor. Tak heran jika IMF memprediksi pertumbuhan Irak pada 2010 mencapai 7,3%.

  1. Laos

Negara yang masuk ke dalam wilayah Asia Tenggara ini membuat banyak negara terkejut. Pasalnya, meski kecil, tetapi pertumbuhan ekonominya hampir menyamai Cina. Pada 2009, negara yang menjadi tuan rumah SEA Games 2009 ini mampu tumbuh sebesar 6,4% dan menjadi negara kedua dengan pertumbuhan tertinggi di Asia setelah Cina.

Pada 2010 Asian Development Bank (ADB) memprediksi Laos akan mampu tumbuh sebesar 7,4%. Sektor bahan tambang, pembangkit listrik, dan ekspor garmen menjadi penyumbang pertumbuhan terbesar, bahkan garmen mampu tumbuh sebesar 15%. Cina, Thailand, dan Eropa menjadi konsumen utama untuk emas, tembaga, garmen, dan listrik yang diproduksi oleh Laos.

Pada 2011, ADB memprediksi pertumbuhan ekonomi Laos akan sedikit menguat ke angka 7,5%, sementara The Economist lebih optimistis dengan memprediksi pertumbuhan ekonomi Laos akan menembus angka 7,9%. Tiga sektor utama pertumbuhan pada 2010 akan tetap menjadi mesin pertumbuhan utama bagi Laos.

  1. Indonesia

Indonesia merupakan salah satu kuda hitam yang akan menempati posisi kelima dunia pada 2030. Indonesia bukan hanya menggeser Rusia, melainkan juga menggeser Jepang yang kini merupakan kekuatan ekonomi terbesar ketiga dunia. Pada saat itu, Indonesia akan memiliki PDB sebesar US$9,3 triliun.
Saat ini, Indonesia merupakan negara yang memiliki peran penting di ASEAN. Dari 565 juta populasi ASEAN, Indonesia mencakup 40 persennya. Dari total PDB US$1,3 triliun, 50 persennya juga dikuasai Indonesia. Indonesia tengah berupaya menggenjot infrastruktur untuk mendorong pertumbuhan ekonomi rata-rata 7 persen per tahun.

II. PETA EKONOMI INDONESIA

  1. Mata Pencaharian

Dari keseluruhan wilayah yang dimiliki Indonesia, dapat ditarik beberapa hal diantaranya bahwa :

  1. Pertama, mata pencaharian penduduk Indonesia sebagian besar masih berada di sektor pertanian ( agraris ), yang tinggal di pedesaan dengan mata pencaharian seperti pertanian, perikanan, peternakan, dan sejenisnya.
  2. Kedua, kontribusi sektor pertanian terhadap GDP ( Gross Domestic Product ) secara absolut masih dominan, namun jika dibanding dengan sektor-sektor di luar pertanian menampakkan adanya penurunan dalam presentase.
  3. Hal yang perlu diwaspadai dalam sektor pertanian ini adalah, bahwa komoditi yang dihasilkan dari sektor ini relatif tidak memiliki nilai tambah yang tinggi, sehingga tidak dapat bersaing dengan-dengan komoditi yang dihasilkan sektor lain ( industri misalnya ), sehingga sebagian masyarakat Indonesia yang memang bermata pencaharian di sektor pertanian (desa) semakin tertinggal dari rekannya yang bekerja dan memiliki akses di sektor industri ( kota ). Jika ini tidak segera ditindak lanjuti, maka akan menjadi benarlah teori ketergantungan, bahwa spread effect ( kekuatan menyebar ) akan selalu lebih kecil dari back-wash effect ( mengalirnya sumber daya dari daerah miskin ke daerah kaya ).

Langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk mengatasi diantaranya adalah :

  1. Memperbaiki kehidupan penduduk/petani dengan pola pembinaan dan pembangunan sarana dan prasaranya bidang pertanian
  2. Meningkatkan nilai tambah komoditi pertanian, jika dimungkinkan tidak hanya untuk pasar lokal saja.
  3. Mencoba mengembangkan kegiatan agribisnis.
  4. Menunjang kegiatan transmigrasi
  1. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia yaitu penduduk dalam konteks pembangunan ekonomi memiliki peran ganda. Peran ganda penduduk dalam konteks pembangunan ekonomi adalah sebagai produsen dan juga sebagai permintaan. Sejalan dengan peran ganda tersebut, penduduk dapat menjadi faktor pendorong dan juga penghambat pembangunan ekonomi.

Karakteristik sumber daya manusia atau kependudukan Indonesia sebagai negara yang masih berkembang ditandai oleh empat hal utama, yaitu

  • Laju pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi
  • Distribusi penduduk /penyebaran penduduk yang tidak merata
  • Struktur umur penduduk yang kurang menguntungkan (komposisi penduduk, angkatan kerja)
  • Kualitas penduduk yang relatif rendah (sistem pendidikan, kesehatan)

Keempat hal utama di atas merupakan masalah yang dihadapi oleh sumber daya manusia di Indonesia dan berpengaruh pada perekonomian Indonesia.

  1. Laju Pertumbuhan Penduduk

Laju pertumbuhan penduduk adalah angka yang menunjukkan banyak atau sedikitnya pertumbuhan penduduk tiap tahun dalam kurun waktu tertentu, umumnya 10 tahun.

Indonesia merupakan negara yang memiliki laju pertumbuhan yang tinggi. Hal ini dibuktikan dengan data yang menunjukkan bahwa pada tahun 1980 jumlah penduduk Indonesia adalah 147,49 juta jiwa dan pada tahun 2000 meningkat menjadi 203,456 juta jiwa.

Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia Tahun 1980, 1990, dan 2000











































































































































































Provinsi

Tahun

Laju Pertumbuhan

1980

1990

2000

1980-1990

1990-2000

Nanggroe Aceh

2611172

3416156

4010865

2.72

1.67

Sumatera Utara

8360894

10256027

11476272

2.06

1.17

Sumatera Barat

3406816

4000207

4228103

1.62

0.57

Riau

2168535

3303976

4733948

4.3

3.79

Jambi

1445994

2020568

2400940

3.4

1.8

Sumatera Selatan

4629801

6313074

7756506

3.15

2.18

Bengkulu

768064

1179122

1405060

4.38

1.83

Lampung

4624785

6017573

6654354

2.67

1.05

DKI Jakarta

6503449

8259266

8358853

2.42

0.16

Jawa barat

27453525

35384352

43552923

2.57

2.17

Jawa tengah

25372889

28520643

30856825

1.18

0.82

DI Yogyakarta

2750813

2913054

3109142

0.57

0.68

Jawa Timur

29188852

32503991

34525588

1.08

0.63

Bali

2469930

2777811

3124674

1.18

1.22

Nusa Tenggara Barat

2724664

3369649

3821794

2.15

1.31

Nusa Tenggara Timur

2737166

3268644

3929039

1.79

1.92

Kalimantan Barat

2486068

3229153

3740017

2.65

1.53

Kalimantan Tengah

954353

1396486

1801504

3.88

2.67

Kalimantan Selatan

2064649

2597572

2970244

2.32

1.4

Kalimantan Timur

1218016

1876663

2436545

4.42

2.74

Sulawesi Utara

2112384

2478119

2820839

1.6

1.35

Sulawesi Tengah

1289635

1711327

2066394

2.87

1.97

Sulawesi Selatan

6062212

6981646

7787299

1.42

1.14

Sulawesi Tenggara

942302

1349619

1771951

3.66

2.86

Maluku

1411006

1857790

1977570

2.79

0.65

Papua

1173875

1648708

2112756

3.46

2.6

Indonesia

146931849

178631196

203456005

1.98

1.35













Laju pertumbuhan penduduk (rate of growth atau r) dapat dihitung dengan menggunakan dua cara:

  • Laju pertumbuhan geometris

Pt = P0 (1+r)t

Dimana

P0 adalah jumlah penduduk awal

Pt adalah jumlah penduduk t tahun kemudian

r adalah tingkat pertumbuhan penduduk

t adalah jumlah tahun dari 0 ke t.

Contoh:

Jumlah penduduk Indonesia 1995 dari hasil Survai Penduduk Antar Sensus (Supas) 1995 yakni 194,7 juta dan data jumlah penduduk 2000 dari hasil Sensus Penduduk (SP) 2000 yakni 205,8 juta.

Pt = P2000 = 205,8 juta ;
P0 = P1995 = 194,7 juta ;
t = 2000 – 1995 = 5 tahun

Penyelesaian:

205.800.000 = 194.700.000 * ( 1+ r) 5

log (205.800.000 / 194.700.000)
————————————— = log (1+ r)
5

0,0048 = log (1 + r)

10 0,048 = 1 + r

1,0111 = 1 + r

r = 0,0111

Angka pertumbuhan penduduk Indonesia antara tahun 1995-2000 adalah 1,11 % per tahun. Artinya setiap tahun antara 1995 dengan tahun 2000 jumlah penduduk Indonesia bertambah sebesar 1,11 persen nya. Dengan angka pertumbuhan ini dapat dihitung perkiraan jumlah penduduk pada tahun yang akan datang.

  • Laju Pertumbuhan eksponensial

Pt = Po. ert

Dimana

P0 adalah jumlah penduduk awal

Pt adalah jumlah penduduk t tahun kemudian

r adalah tingkat pertumbuhan penduduk

t adalah jumlah tahun dari 0 ke t.

e adalah eksponensial = 2,71826

Contoh:

Jumlah penduduk Indonesia 1995 dari hasil Survai Penduduk Antar Sensus (Supas) 1995 yakni 194,7 juta dan data jumlah penduduk 2000 dari hasil Sensus Penduduk (SP) 2000 yakni 205,8 juta.

Pt = P2000 = 205,8 juta ;
P0 = P1995 = 194,7 juta ;
t = 2000 – 1995 = 5 tahun

e = 2,71826

Penyelesaian:

205.800.000 = 194.700.000 * 2,71826(5r)

log(205.800.000/194.700.000)
————————————— = r log2,71826
5

0.0048 = r * 0,4343

0,0048/0,4343 = r

0,0111 = r

Angka pertumbuhan penduduk Indonesia antara tahun 1995-2000 adalah 1,11 % per tahun. Artinya setiap tahun antara 1995 dengan tahun 2000 jumlah penduduk Indonesia bertambah sebesar 1,11 persen nya. Dengan angka pertumbuhan ini dapat dihitung perkiraan jumlah penduduk pada tahun yang akan datang.

Semakin rendah laju pertumbuhan penduduk suatu negara akan semakin menguntungkan bagi peningkatan kemakmuran negara tersebut. Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi akan menimbulkan banyak masalah bagi negara jika tidak diikuti dengan peningkatan produksi dan efisiensi dibidang lainnya. Banyaknya jumlah penduduk akan menambah beban sumber daya produktif terhadap sumber daya yang belum produktif yang akibat lanjutnya akan menciptakan masalah sosial yang cukup rumit.

Adapun tindakan yang telah dan dapat dilakukan oleh pemerintah adalah:

  1. Program keluarga berencana

Program keluarga berencana di Indonesia dimulai sejak tahun 1967 yaitu pada saat Presiden Republik Indonesia ikut menandatangani deklarasi tentang kependudukan. Selanjutnya pada tahun 1968 pemerintah Indonesia membentuk Lembaga Keluarga Berencana yang berstatus semi pemerintah. Lembaga Keluarga Berencana ini kemudian diubah menjadi Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional yang merupakan lembaga resmi pemerintah. Pada bulan April 1972, status Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional diubah menjadi lembaga pemerintah non-departemen yang berkedudukan langsung dibawah presiden.

Tujuan dari program ini adalah mengharapkan laju pertumbuhan akan lebih dapat dikendalikan. Program ini juga dimaksudkan pemerintah untuk menjelaskan dan membuka kesadaran masyarakat bahwa memiliki anak banyak akan memberi konsekuensi ekonomis yang lebih berat. Secara tidak langsung program keluarga berencana ini ingin memprioritaskan segi kualitas anak, dibanding segi kuantitas.

  1. Meningkatkan sumber daya manusia yang telah ada

Peningkatan sumber daya manusia yang telah ada dapat dilakukan dengan pendidikan formal maupun informal, sehingga dapat menunjang peningkatan produktifitas guna mengimbangi laju pertumbuhan penduduknya.

  1. Persebaran penduduk

Persebaran penduduk atau disebut juga distribusi penduduk menurut tempat tinggal dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu persebaran penduduk secara geografis dan persebaran penduduk secara administratif, disamping itu ada persebaran penduduk menurut klasifikasi tempat tinggal yakni desa dan kota. Secara geografis, penduduk Indonesia tersebar di beberapa pulau besar dan pulau-pulau atau kepulauan. Secara administratif (dan politis), penduduk Indonesia tersebar di 33 propinsi, yang mempunyai lebih dari 440 kabupaten dan kota.

Permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan persebaran penduduk secara geografis sejak dahulu hingga sekarang adalah persebaran atau distribusi penduduk yang tidak merata antara Jawa dan luar Jawa. Penyebab utamanya adalah keadaan tanah dan lingkungan yang kurang mendukung bagi kehidupan penduduk secara layak. Ditambah lagi, dengan kebijakan pembangunan di era orde baru yang terkonsentrasi di pulau Jawa, yang menyebabkan banyak penduduk yang tinggal di luar pulau Jawa bermigrasi dan menetap di pulau Jawa. Hal ini menyebabkan kepadatan pulau Jawa jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kepadatan penduduk yang berada di pulau-pulau lainnya.

Penyebaran penduduk yang tidak merata juga menyebabkan tidak seimbangnya kekuatan ekonomi secara umum. Akibat lanjutnya adalah terjadinya ketimpangan daerah miskin dan daerah kaya. Daerah yang tampak menguntungkan ( khususnya Pulau Jawa ) akan menjadi serbuan dan perpindahan penduduk dari daerah lainya. Akibatnya daerah di luar Pulau Jawa yang memang telah ketinggalan dari segi ekonomi, menjadi semakin tertinggal.

Tidak seimbangnya beban penduduk antar daerah itu akan berdampak terpusatnya modal di daerah tertentu saja. Dampak lainnya adalah mengumpulnya tenaga kerja di Pulau Jawa sehingga persaingan tenaga kerja ( penawaran ) menjadi sangat tinggi. Dengan kondisi tersebut bisa dilihat bahwa upah tenaga kerja akan menjadi rendah ( sesuai dengan hukum penawaran ). Rendahnya tingkat upah akan berakibat timbulnya kesengsaraan dan pengangguran, dan tentu saja masalah kriminalitas akan semakin menggejala. Sebaliknya di luar Pulau Jawa akan terjadi kekurangan (penawaran ) tenaga kerja sehingga upah akan tinggi. Hal inilah yang menyebabkan biaya produksi di luar Pulau Jawa sangat tinggi, begitu pula dengan biaya transportasi. Maka secara tidak langsung kondisi ini akan menyebabkan turunya pertumbuhan industri dan secara otomatis akan menghambat pertumbuhan ekonomi secara nasional.

Informasi tentang distribusi penduduk secara geografis dan terkonsentrasinya penduduk di suatu tempat memungkinkan pemerintah mengatasi kepadatan penduduk, yang umumnya disertai dengan kemiskinan, dengan pembangunan dan program-program untuk mengurangi beban kepadatan penduduk atau melakukan realokasi pembangunan di luar Jawa atau realokasi penduduk untuk bermukim di tempat lain. Tindakan yang dapat dan telah dilakukan pemerintah adalah :

  1. Penyelenggaraan program transmigrasi.
  2. Memperbaiki dan menciptakan lapangan-lapangan kerja baru di daerah-daerah tertinggal. Sehingga penduduk sekitar tidak perlu ke kota atau Pulau Jawa untuk bisa bekerja. Dengan semikian arus urbanisasi dari desa ke kota, dari luar ke pulau Jawa dapat dikurangi. Di dalam GBHN sendiri perluasan dan pemerataan lapangan kerja serta mutu dan perlindungan tenaga kerja merupakan kebijaksanaan pokok yang sifatnya menyeluruh di semua sektor. Program-program pembangunan sektoral/regional perlu selalu mengusahakan terciptanya perluasan kesempatan kerja sebanyak mungkin, sehingga dapat meningkatkan produksi.
  1. Angkatan Kerja

Penduduk suatu negara dapat dibedakan menjadi kelompok tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Pengertian keduanya dibedakan oleh batas umur kerja. Angkatan kerja atau labour force adalah jumlah penduduk dengan usia produktif, yaitu 15-64 tahun yang sedang bekerja ataupun mencari pekerjaan. Usia produktif tersebut dapat digolongkan menjadi dua, yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Bukan angkatan kerja adalah penduduk dengan usia produktif yang tidak bersedia bekerja. Ukuran besarnya angkatan kerja bergantung pada besarnya jumlah penduduk yang sedang mencari pekerjaan.

  • Dependecy ratio

Indikator ekonomi ini dipergunakan untuk mengetahui sejumlah mana tingkat beban atau ketergantungan penduduk yang tidak produktif terhadap penduduk yang produktif. Semakin tinggi nilai ratio ini semakin berat pula beban yang harus ditanggung oleh penduduk yang produktif. Hal ini dapat menghambat proses menuju kemakmuran secara menyeluruh.

DR = Penduduk usia kerja / Penduduk diluar usia kerja

  • Tingkat partisipasi angkatan kerja

Indikator ini dipergunakan untuk mengetahui sejauh mana presentase penduduk yang telah memiliki usia kerja telah bekerja/produktif. Semakin tinggi hasil perhitungan indikator ini, semakin baik pula keadaannya.

TPKA = ( Angkatan kerja / Penduduk usia kerja ) . 100%

Profil ketenagakerjaan Indonesia hingga kini ditandai oleh dua masalah utama, yaitu laju pertumbuhan yang relatif tinggi dan kualitas angkatan kerja yang relatif rendah. Tentu saja kedua hal ini memerlukan perhatian khusus. Akibat pertambahan penduduk yang tinggi, maka jumlah angkatan kerja tidak seharusnya terserap. Bahkan semakin ketatnya persaingan tenaga kerja, maka angkatan kerja muda yang merupakan tenaga kerja kurang produktif pun ikut bersaing. Hal ini kurang menguntunkan usaha pembangunan secara nasional karena golongan muda kurang produktif tersebut merupakan beban. Masalah tenaga kerja dan kesempatan kerja merupakan masalah yang harus ditangani secara serius karena sangat peka terhadap ketahanan nasional.

  1. Sistem Pendidikan

Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh karana itu, kita seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang tidak kalah bersaing dengan sumber daya manusia di negara-negara lain. Setelah kita amati, nampak jelas bahwa masalah yang serius dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal. Dan hal itulah yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan yang menghambat penyediaan sumber daya menusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai bidang. Ada banyak penyabab mengapa mutu pendidikan di Indonesia, baik pendidikan formal maupun informal, dinilai rendah.

Menurut tingkat pendidikannya, penduduk dapat dikelompokkan menjadi penduduk yang buta huruf dan yang melek huruf. Penduduk yang melek huruf dapat dikelompokkan lagi menurut tingkat pendidikannya, seperti kelompok tidak sekolah, tidak tamat Sekolah Dasar, tamat Sekolah Dasar, tamat Sekolah Menengah Pertama, tamat Sekolah Menengah Atas, tamat Akademi/Perguruan Tinggi, dll. Data tingkat pendidikan akan akan membantu pemerintah untuk menganalisis kemajuan penyelenggaraan pendidikan

Tingkat pendidikan berkaitan erat dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tingkat pendidikan yang tinggi memungkinkan penduduk untuk mengolah sumber daya alam dengan baik. Disamping itu, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi memudahkan penduduk dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidup, sehingga taraf kehidupan selalu meningkat. Sebaliknya, tingkat pendidikan yang rendah dapat menyebabkan melambatnya kenaikan taraf hidup dan akibatnya kemajuan menjadi terhambat.

Tingkat pendidikan penduduk Indonesia memang mengalami kemajuan. Meskipun demikian, tingkat pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan negara-negara di dunia lainnya. Bahkan dibandingkan dengan negara-negara ASEAN pun Indonesia tergolong paling rendah. Beberapa hal yang menyebabkan rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia adalah sebagai berikut:

  1. Masih kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan. Sebagian penduduk masih menganggap bahwa sekolah itu tidak penting. Untuk bekal hidup anak cukup melanjutkan pekerjaan orangtuanya secara turun-temurun
  2. Pendapatan penduduk yang rendah menyebabkan anak tidak dapat melanjutkan sekolah karena tidak mempunyai biaya.
  3. Belum meratanya sarana pendidikan (gedung sekolah, ruang kelas, buku-buku pelajaran, alat-alat praktikum, guru yang berkualitas, dll)

Langkah-langkah yang akan dan telah dapat ditempuh pemerintah untuk mengatasi hal ini adalah :

  1. Meninjau kembali sistem pendidikan di Indonesia yang masih bersifat umum ( general ), untuk dapat lebih disesuaikan dengan disiplin ilmu khusus yang lebih sesuai dengan tuntutan pembangunan. Sehingga lulusan yang dihasilkan menjadi lulusan yang siap kerja dan bukannya siap ‘latih kembali’.
  2. Menciptakan sarana dan prasaranya pendidikan yang lebih mendukung langkah pertama.
  3. Membangun sekolah-sekolah baru terutama SD Inpres di daerah-daerah yang kurang jumlah sekolahnya.
  4. Mengadakan perbaikan dan penambahan alat-alat praktikum, laboratorium, perputakaan dan buku-buku pelajaran.
  5. Menambah dan meningkatkan kualitas guru.
  6. Mencanangkan program wajib belajar dan orang tua asuh.
  7. Memberikan beasiswa kepada murid-murid yang berprestasi atau yang memerlukan bantuan.
  8. Menjalankan Undang-Undang Dasar (khususnya pasal 31)

Investasi

Berdasarkan teori ekonomi, investasi berarti pembelian (dan berarti juga produksi) dari kapital/modal barang-barang yang tidak dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang akan datang (barang produksi). Contoh termasuk membangun rel kereta api, atau suatu pabrik, pembukaan lahan, atau seseorang sekolah di universitas. Untuk lebih jelasnya, investasi juga adalah suatu komponen dari PDB dengan rumus PDB = C + I + G + (X-M). Fungsi investasi pada aspek tersebut dibagi pada investasi non-residential (seperti pabrik, mesin, dll) dan investasi residential (rumah baru). Investasi adalah suatu fungsi pendapatan dan tingkat bunga, dilihat dengan kaitannya I= (Y,i). Suatu pertambahan pada pendapatan akan mendorong investasi yang lebih besar, dimana tingkat bunga yang lebih tinggi akan menurunkan minat untuk investasi sebagaimana hal tersebut akan lebih mahal dibandingkan dengan meminjam uang. Walaupun jika suatu perusahaan lain memilih untuk menggunakan dananya sendiri untuk investasi, tingkat bunga menunjukkan suatu biaya kesempatan dari investasi dana tersebut daripada meminjamkan untuk mendapatkan bunga.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat investasi

Sebagai sebuah keputusan yng rasional, investasi sangat ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu tingkat pengembalian yang diharapkan dan biaya investasi.

  1. Tingkat Pengembalian yang diharapkan (Expected Rate of Return)

Kemampuan perusahaan menentukan tingkat investasi yang diharapkan, sangat dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal perusahaan.

1) Kondisi internal perusahaan

Kondisi internal adalah faktor-faktor yang berada di bawah control perusahaan, misalnya tingkat efisiensi, kualitas SDM dan teknologi yang digunakan. Ketiga aspek tersebut berhubungan positif dengan tingkat pengembalian yang diharapkan. Artinya, makin tinggi tinggi tingkat efisiensi, kualitas SDM dan teknologi, maka tingkat pengembalian yang diharapkan makin tinggi.

Selain ketiga aspek teknis tersebut di atas, tingkat pengembalian yang diharapkan juga dipengaruhi oleh factor-faktor nonteknis, terutama di Negara sedang berkembang. Misalnya, apakah perusahaan memiliki hak dan atau kekuatan monopoli, kedekatan dengan pusat perusahaan, dan penguasaan jalur informasi.

2) Kondisi Eksternal Perusahaan

Kondisi eksternal yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan akan investasi terutama adalah perkiraan tentang tingkat produksi dan pertumbuhan ekonomi domestic maupun internasional. Jikan perkiraan tentang masa depan ekonomi nasional maupun dunia bernada optimis, biasanya tingkat investasi meningkat, karena tingkat pengembalian investasi dapat dinaikkan.

Selain perkiraan kondisi ekonomi, kebijakan yang ditempuh pemerintah juga dapat menentukan tingkat investasi. Kebijakan menaikkan pajak misalnya, diperkirakan akan menurunkan tingkat permintaan akan agregat. Akibatnya, tingkat investasi akan menurun. Factor social politik juga menentikan gairah investasi. Jika social polotik makin stabil, investasi umumnya juga meningkat. Demikian pula faktor keamanan (kondisi keamanan Negara)

  1. Biaya investasi

Yang paling menentukan tingkat biaya investasi adalah tingkat bunga pinjaman; Makin tinggi tingkat bunganya, maka biaya investasi makin mahal. Akibatnya minat berinvestasi makin menurun.

Namun, tidak jarang, walaupun tingkat bunga pinjaman rendah, minat akan investasi tetap rendah. Hal ini disebabkan biaya total investasi masih tinggi. Factor yang memengaruhi terutama adalah masalah kelembagaan. Misalnya, prosedur izin investasi yang berbelit-belit dan lama (> 3 tahun), menyebabkan biaya ekonomi dengan memperhitungkaan nilai waktu uang dari investasi makin mahal. Demikian halnya dengan keberadaan dan efisiensi lembaga keuangan, tingkat kepastian hokum, stabilitas politik, dan keadaan keamanan.

  1. Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan
  2. Kemajuan teknologi
  3. Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya.
  4. Keuntungan yang diperoleh perusahaa-perusahaan.

Upaya-upaya yang dapat digunakan untuk membantu memenuhi kebutuhan dana investasi pembangunan adalah:

  • Lebih mengembangan ekspor komoditi non-migas, sehingga secara absolut dapat meningkatkan penerimaan pemerintah dari sektor luar negeri. Untuk menunjang langkah ini perlu diusahaan peningkatan nilai tambah dan kemampuan bersaing dari komoditi-komoditi yang akan diekspor tersebut.
  • Mengusahakan adanya pinjaman luar negeri yang memiliki syarat lunak, serta menggunakannya untuk kegiatan investasi yang menganut prinsip prioritas.
  • Menciptakan iklim investasi yang menarik dan aman bagi para penanaman modal asing, sehingga makin banyak PMA yang masuk ke Indonesia.
  • Lebih menggiatkan dan menyempurnakan sistem perpajakan dan perkreditan, terutama kredit untuk golongan ekonomi lemah, agar mereka secepatnya dapat berjalan bersama dengan para pengusaha besar dalam rangka peningkatan produktifitas.

Perekonomian Indonesia pada tahun 2010 mengalami pertumbuhan sebesar 6,1 persen dibanding tahun 2009. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan pada tahun 2010 mencapai Rp2.310,7 triliun, sedangkan pada tahun 2009 dan 2008 masing-masing sebesar Rp2.177,7 triliun dan Rp2.082,5 triliun. Bila dilihat berdasarkan harga berlaku, PDB tahun 2010 naik sebesar Rp819,0 triliun, yaitu dari Rp5.603,9 triliun pada tahun 2009 menjadi sebesar Rp6.422,9 triliun pada tahun 2010.

Berdasarkan data kemiskinan yang terakhir diterbitkan Badan Pusat Statistik, yang selanjutnya disebut BPS, jumlah penduduk miskin di Indonesia, pada tahun 2006 terjadi peningkatan angka kemiskinan yang tak terduga. Ada dua hal yang menjadi penyebab utama kenaikan tersebut, yaitu

  1. Akibat krisis pangan yang diindikasikan dengan melonjaknya harga beras.
  2. Krisis energi yang diindikasikan oleh kenaikan harga BBM. Diperkirakan kenaikan sekitar 33 % harga beras yang dikonsumsi kaum miskin. Krisis ini terjadi karena dampak dari perubahan harga BBM ini mempengaruhi distribusi, transportasi, biaya produksi sehingga berpengaruh juga pada harga-harga barang yang lain

Peningkatan jumlah penduduk miskin menjadi 17.75 % terjadi antara bulan Februari 2005 dan Maret 2006.

III. PETA REGIONAL EKONOMI INDONESIA

Perkembangan teori ekonomi pertumbuhan dan meningkatnya ketersediaan data daerah mendorong meningkatnya perhatian terhadap ketidakmerataan pertumbuhan daerah. Teori ekonomi pertumbuhan dimulai oleh Robert Solow yang dikenal dengan Model pertumbuhan neo-klasik. Dan beberapa ahli ekonomi Amerika mulai menggunakan teori pertumbuhan tersebut dengan menggunakan data-data daerah.

Untuk melihat ketidaknmerataan pertumbuhan regional dapat ditentukan dengan beberapa cara. Secara umum dalam menghitung pertumbuhan dengan; 1. pertumbuhan output; 2. pertumbuhan output per pekerja; dan, 3. pertumbuhan output perkapita. Pertumbuhan output digunakan untuk mengetahui indikator kapasitas produksi. Pertumbuhan output per pekerja seringkali digunakan untuk mengetahui indikator dari perubahan tingkat kompetitifitas daerah, sedangkan pertumbuhan output perkapita digunakan sebagai indikator perubahan dari kesejahteraan

Perkembangan teori ekonomi pertumbuhan dan meningkatnya ketersediaan data daerah mendorong meningkatnya perhatian terhadap ketidakmerataan pertumbuhan daerah. Teori ekonomi pertumbuhan dimulai oleh Robert Solow yang dikenal dengan Model pertumbuhan neo-klasik. Dan beberapa ahli ekonomi Amerika mulai menggunakan teori pertumbuhan tersebut dengan menggunakan data-data daerah.

Untuk melihat ketidaknmerataan pertumbuhan regional dapat ditentukan dengan beberapa cara. Secara umum dalam menghitung pertumbuhan dengan; 1. pertumbuhan output; 2. pertumbuhan output per pekerja; dan, 3. pertumbuhan output perkapita. Pertumbuhan output digunakan untuk mengetahui indikator kapasitas produksi. Pertumbuhan output per pekerja seringkali digunakan untuk mengetahui indikator dari perubahan tingkat kompetitifitas daerah, sedangkan pertumbuhan output perkapita digunakan sebagai indikator perubahan dari kesejahteraan .

Model Pertumbuhan Regional

Fungsi produksi agregat merupakan dasar dari model pertumbuhan neoklasik. Hubungan tersebut ditujukkan dalam bentuk sebagai berikut:

Y = F(K,L)

Dimana, Y adalat output riil, K adalah capital stock, dan L adalah tenaga kerja.
Dalam bentuk Cobb Douglas dengan asumsi constant return to scale yaitu;

Y = AKαL1-α

y = Akα , dimana y = K/L dan k = K/L

Fungsi produksi perkapita menunjukan bahwa output per pekerja hanya akan meningkat jika modal per pekerja meningkat. Dengan kata lain modal harus terus tumbuh lebih cepat daripada penawaran tenaga kerja dari output per pekerja.

Agar lebih realistis maka model neoklasik diatas harus ditambah dengan efek apabila adanya teknologi pada pertumbuhan output.

Y = F(A,K,L), dimana A adalah technical knowledge (teknologi).

Dalam bentuk Cobb-Douglas,

Y = AegtKαL1-α

dimana g adalah technical progress per time period t, selanjutnya dengan aplikasi matematika kita jadikan dalam model pertumbuhan;

Pertumbuhan kapital stok daerah didorong dengan adanya investasi baik dari daerah itu sendiri atau daerah lain. Pertumbuhan tenaga kerja juga didorong oleh adanya migrasi tenaga kerja dari daerah lain karena adanya perbedaan upah relatif terhadap daerah lain disamping akibat tumbuhnya angkatan kerja baru karena pertumbuhan populasi. Untuk pertumbuhan teknologi tentunyajuga dipengaruhi oleh masuknya sumberdaya dari daerah lain dan perkembangan pendidikan atau pengetahuan melalui R&D.

Perkembangan kredit sebagai elemen penggerak ekonomi kembali banyak diperbincangkan banyak pihak, khususnya paska krisis tahun 2008. Apakah pertumbuhan kredit sudah pulih seperti sebelum krisis? Kalau melihat besaran pertumbuhan kredit nasional (year on year) pada akhir Januari 2010, angka pertumbuhan kredit nasional adalah sekitar 11 persen. Namun, apabila kita melihat pertumbuhan kredit per daerah, angka ini hanyalah rata-rata (midpoint) dari kisaran pertumbuhan kredit nasional yakni antara 3,41% sampai dengan 21,52%. Di sini kita dapat melihat sisi lain dari pertumbuhan kredit nasional yakni bagaimana perkreditan tumbuh di setiap pelosok Indonesia.

Pertemuan ekonomi regional triwulanan Bank Indonesia yang membahas ekonomi regional Indonesia dilakukan pada hari Kamis tanggal 1 April 2010 yang lalu. Pertemuan ini dihadiri oleh Kantor Pusat dan Kantor Bank Indonesia (KBI) di daerah. Untuk memudahkan, KBI yang hadir mewakili empat pengelompokan regional utama:

  • Jabalnustra (Jawa, Bali, Nusa Tenggara) terkecuali DKI Jakarta.
  • Sumatera.
  • KaliSulampua (Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua).

Beberapa statistik yang muncul dari pembahasan ekonomi regional menghasilkan informasi sebagai berikut:


Dari kedua tabel di atas, dapat kita lihat bahwa:

1. Pengertian kredit disini adalah kredit yang diberikan oleh bank yang berlokasi di wilayah tersebut. Dari sini kita dapat melihat bahwa bank-bank pemberi kredit di DKI masih mayoritas yakni separuh dari total kredit nasional, diikuti dengan kredit yang diberikan bank di wilayah Jabalnustra, Sumatera, dan KaliSulampua.

2. Diluar DKI Jakarta, pertumbuhan kredit yang diberikan cenderung sudah menunjukkan recovery dimana pertumbuhan kredit saat ini mencapai separuh dari pertumbuhan kredit sebelum krisis. Ketiga kelompok daerah tersebut, memiliki titik pertumbuhan terendah pada periode yang sama yakni triwulan III tahun 2009 (Sumatera 11,5 %, Jabalnustra 12,88%, KaliSulampua 18,97%). Melewati triwulan III tersebut, pertumbuhan kredit di tiga daerah tersebut berangsur-angsur membaik. Mengingat ketiga daerah tersebut banyak menghasilkan komoditas unggulan, bisa diperkirakan pertumbuhan kredit di ketiga daerah tersebut akan membaik sejalan dengan permintaan komoditas dunia

3. Khusus untuk kredit yang diberikan bank di wilayah DKI Jakarta, pertumbuhannya masih lambat dan masih jauh dibawah pertumbuhan kredit sebelum krisis. Karena pangsanya yang besar, 50 persen dari total kredit nasional, pertumbuhan kredit yang diberikan di wilayah DKI Jakarta akan sangat berpengaruh kepada pertumbuhan kredit nasional.

  1. Sebagai perbandingan untuk melihat prospek kedepan, kami sajikan Tabel 3 di bawah ini yang menunjukkan pertumbuhan domestik regional per wilayah. Dari tabel di bawah, kita melihat bahwa berlainan dengan peta kredit, pangsa perekonomian nasional didominasi wilayah Jabalnustra (46%), Sumatera (21%), DKI Jakarta (16,8%), dan Kali-Sulampua (15,5%).

Daftar Pustaka

  1. http://lzahra.wordpress.com/2010/06/17/peta-perekonomian-indonesia/
  2. http://www.bi.go.id/web/id/Ruang+Media/Berita/statistik_untuk_anda_050410.htm
  3. http://nanangsubekti.blogspot.com/2007/12/perkembangan-teori-ekonomi-pertumbuhan_1170.html
  4. http://www.topix.com/forum/world/malaysia/TR0VSPMP1GQEQNVNJ
  5. http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/perekonomian_indonesia/bab3-peta_perekonomian_indonesia.pdf

NAMA : Annisa Dwiutami

NPM : 20210910

KELAS : 1EB22